Setelah berakhirnya musim kemarau panjang yang disebabkan oleh terpaan El Nino di Indonesia, sejumlah wilayah kini memasuki musim penghujan yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat. Meski begitu, saat memasuki musim penghujan, kita juga harus waspada terhadap penyakit yang kerap muncul, seperti wabah demam berdarah atau DBD. Pada fase demam berdarah, terutama pada tahap awal, seringkali gejalanya sulit dikenali, dan pengetahuan umumnya baru muncul ketika sudah memasuki fase yang lebih parah, sehingga seringkali penanganan menjadi terlambat.1
Penting untuk dipahami bahwa demam berdarah (DBD) disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang dapat menyebabkan infeksi dan menunjukkan sejumlah gejala yang perlu diwaspadai. Pada fase awal serangan DBD, perawatan dapat memberikan hasil yang optimal. Pada tahap ini, gejala infeksi dengue mirip dengan flu biasa, termasuk demam, nyeri sendi atau otot, dan sakit kepala yang intens. Seringkali, pasien mungkin meremehkan kondisi ini karena menilainya sebagai gejala flu biasa atau Malaria. Oleh karena itu, kesadaran akan fase demam berdarah awal ini sangat penting untuk memastikan pengobatan diberikan secara tepat waktu dan hasil kesembuhan yang optimal.
Setelah melewati fase awal, penyakit ini kemudian memasuki fase demam berdarah tahap lanjutan. Pada tahap ini, penderita tidak hanya mengalami demam ringan dan gejala flu, melainkan juga menghadapi demam tinggi yang berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada tahapan ini, penyakit DBD dapat dibedakan dari masalah kesehatan lain dengan menggunakan tes tourniquet.
Sebelum mencapai fase kritis yang lebih berbahaya, ada peluang penyembuhan yang lebih tinggi. Namun sayangnya, banyak penderita yang belum mendapatkan pengobatan karena menganggap bahwa kondisi kesehatan mereka masih dalam batas normal, padahal demam atau panas yang dirasakan sudah berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, kesadaran akan gejala-gejala ini dan penanganan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah masuk ke tahap yang lebih serius.
Sayangnya, minimnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini seringkali menyebabkan mereka baru mencari pengobatan ketika sudah memasuki fase kritis, yang merupakan kondisi yang sangat membahayakan dan menunjukkan gejala yang parah. Beberapa gejala pada fase demam berdarah kritis yang perlu diketahui meliputi:
Sakit perut: Tidak sekadar sakit perut ringan, pada fase parah ini, penderitanya mungkin mengalami rasa sakit yang parah, bahkan sampai pada tingkat kelemasan yang signifikan.
Muntah: Muntah pada tahap ini seringkali lebih sering dan berlangsung secara terus-menerus, menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan dan dehidrasi.
Perubahan suhu tubuh: Setelah demam yang tinggi, suhu tubuh akan mengalami penurunan drastis, yang seringkali disalah artikan sebagai tanda kesembuhan. Namun, ini sebenarnya merupakan fase paling kritis dan membahayakan dari penyakit ini.
Gangguan pernapasan: Penurunan jumlah trombosit dalam darah dapat menyebabkan kebocoran plasma atau syok, yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
Pendarahan di dalam tubuh: Pada tahap yang semakin parah, dapat terjadi pendarahan di dalam organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan organ dan kondisi yang kritis.
Kesadaran akan gejala-gejala ini sangat penting untuk mendeteksi dan menangani penyakit secara dini sebelum memasuki tahap yang lebih serius.
Pengobatan yang sering terlambat pada kebanyakan kasus demam berdarah menyebabkan dampak yang fatal bagi kesehatan. Hal ini karena gejala pada tahap awal dan lanjutan sering tidak terasa secara nyata, mirip dengan gangguan flu umum. Sehingga, ketika pasien mencari perawatan di rumah sakit, kondisinya sering sudah parah atau masuk ke dalam fase demam berdarah kritis.
Namun, apa risiko komplikasi yang dapat terjadi ketika penyakit ini mencapai tahap kritis? Berikut adalah beberapa risiko yang patut diketahui:4
Kesadaran akan risiko komplikasi ini sangat penting untuk mendorong deteksi dan penanganan dini, menghindari masuk ke tahap yang lebih serius dan berpotensi fatal.
Untuk mencegah kondisi yang berpotensi membahayakan, sangat penting untuk melakukan pengendalian penyakit ini sejak fase awal serangan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:5
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan dapat mengurangi risiko komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan pada penderita DBD.
Penting untuk tidak meremehkan penyakit ini, mengingat banyak nyawa yang telah hilang karena dampaknya. Mayoritas korban, terutama anak-anak, menjadi rentan karena sistem kekebalan tubuh yang masih rendah dan kurangnya pengetahuan orang tua. Jangan tunda untuk mencari pengobatan saat memasuki fase demam berdarah tahap awal.
Cegah penyebaran DBD dengan menerapkan konsep 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas, serta melibatkan upaya pencegahan perkembangbiakan nyamuk. Tingkatkan perlindungan dengan berkonsultasi ke dokter mengenai vaksinasi #Ayo3MPlusVaksinDBD. Upaya bersama ini penting untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari risiko demam berdarah.
Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel tidak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis.
Artikel ini telah disupervisi oleh:
dr. Carissa R.V Pratiwi.
Referensi:
Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.
© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.
Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.
C-ANPROM/ID/QDE/0146 | Aug 2023