Skip to main content
Kenali Resiko

Pengalaman Ibu Sari Saat Anaknya Terkena Demam Berdarah

Kenali Resiko

Anak yang terkena Demam Berdarah pasti menjadi mimpi buruk bagi semua orang tua. Minggu ini saya cukup stress karena anak sulung saya Syauqi positif terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) Grade II sampai III. Saat saya memposting artikel ini, Syauqi masih dirawat di rumah sakit tapi alhamdulillah kondisinya sudah mulai membaik.

Cerita Ibu Sari tentang pengobatan Syauqi (anaknya)

Selama pengobatan Syauqi, saya banyak membaca tentang pengalaman pasien DBD dan orang tua yang anaknya menderita DBD. Tulisan-tulisan ini banyak memberikan pemahaman dan menenangkan saya yang cukup panik saat kondisi Syauqi semakin memburuk. Saya juga ingin berbagi pengalaman saya selama seminggu ini, semoga bermanfaat bagi orang tua yang mengalami situasi yang sama.

Usai shalat Maghrib, tiba-tiba Syauqi demam dan badannya lemas. Siang hari kondisinya agak membaik tetapi pada malam hari demam tinggi kembali. Hari ketiga saya putuskan untuk membawa Syauqi ke rumah sakit karena saya melihat gejala DBD seperti badan lemas, nafsu makan berkurang dan bintik-bintik merah (petechiae) yang tidak kunjung hilang saat kulit diregangkan.

Karena keluarga saya menggunakan ASKES (BPJS Kesehatan), saya langsung membawa Syauqi ke UGD rumah sakit. Setelah cek darah, trombosit Syauqi menunjukkan 180.000, padahal normalnya untuk anak seusia Syauqi 181.000-521.000. Dokter yang bertugas di UGD menyarankan Syauqi untuk dirawat di rumah sakit karena kondisinya lemah dan terindikasi dehidrasi. Saya setuju dengan saran dokter agar kondisi Syauqi bisa terpantau lebih baik.

Jika berdasarkan teori tentang DBD yang sudah banyak dipahami masyarakat, pada hari keempat dan kelima biasanya pasien tidak demam, namun kondisi ini bisa menipu karena ini adalah fase kritis dimana jumlah trombosit turun drastis. Kondisi Syauqi pada hari keempat semakin lemah, lemas dan tidak nafsu makan meskipun demamnya sudah turun. Kebetulan dokter yang merawat Syauqi tidak mau terlalu sering mengambil darah pasien untuk diperiksa, jadi saya tidak tahu kadar trombosit Syauqi di hari keempat.

Sore harinya, hasil tes darah Syauqi menunjukkan penurunan trombosit yang drastis hingga 43 ribu. Syauqi sudah mulai mengeluh sakit di perut. Syauqi juga sempat mimisan tapi tidak banyak. Sejak kecil, Syauqi sering mimisan, jadi saat itu saya tidak terlalu khawatir. Saya berharap pada hari keenam kondisi Syauqi sudah membaik tapi ternyata semakin lemah.

Dokter meminta Syauqi banyak minum air putih karena trombosit yang rendah hanya bisa digantikan dengan memperbanyak cairan. Yang membuat saya cukup panik adalah karena Syauqi tidak mau minum banyak-banyak, dengan alasan perutnya semakin sakit saat minum.

Khawatir kondisinya akan memburuk, saya harus memaksa Syauqi untuk banyak minum. Namun semakin dipaksa minum, Syauqi semakin menolak. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk membujuk Syauqi agar banyak minum, dari memohon dengan baik hingga memaksanya dengan tatapan garang, tapi tetap saja tidak berhasil.

Singkat cerita, setelah beberapa hari kemudian, dokter melaporkan hasil tes darah Syauqi di pagi hari menunjukkan peningkatan kadar trombosit yang signifikan hingga 53 ribu. Alhamdulillah, melegakan. Hari ini kondisi Syauqi semakin membaik. Jika hari-hari sebelumnya masih harus makan dan minum, hari ini Syauqi sendiri yang meminta makan dan minum.

Jika nafsu makan sudah membaik, ini tandanya penderita DBD sudah mulai memasuki tahap pemulihan. Mudah-mudahan besok trombositnya bisa menembus angka 100 ribu, sehingga dokter bisa mengizinkannya pulang.

Demikian artikel yang kami buat tentang Demam Berdarah semoga bermanfaat terima kasih.

Add new comment

One file only.
100 MB limit.
Allowed types: png gif jpg jpeg.
Tanya dokter