Kenapa Anak yang Pernah Kena DBD Harus Tetap Perlu Vaksinasi DBD?

Kenapa Anak yang Pernah Kena DBD Harus Tetap Perlu Vaksinasi DBD?

Pernah dengar kalimat, “Kalau sudah pernah kena DBD berarti kebal”? Nah, ini salah satu miskonsepsi yang sering beredar di masyarakat. Banyak yang mengira tubuh otomatis kebal seumur hidup setelah sembuh dari DBD. Padahal demam berdarah memiliki 4 serotipe yang berbeda yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Saat seseorang terinfeksi salah satu virus dan telah diobati maka akan memiliki kekebalan terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak pada serotipe lain sehingga ada kemungkinan seseorang terkena demam berdarah 4 kali seumur hidupnya.. Jadi, jangan anggap anak yang sudah pernah kena DBD pasti aman selamanya, ya Moms dan Dads.1

Bahaya Infeksi Kedua yang Sering Terlupakan 

Moms dan Dads pasti setuju, nggak ada orang tua yang mau anaknya sakit lagi, apalagi sampai harus dirawat di rumah sakit. Nah, yang sering terlewat adalah fakta bahwa infeksi dengue kedua bisa memicu gejala yang jauh lebih berat. Pada infeksi kedua, reaksi imun tubuh terhadap virus dengue bisa lebih agresif dan bukan berarti lebih baik, tapi justru bisa bikin peradangan lebih parah.2
Di fase ini, anak bisa mengalami gejala seperti demam tinggi, nyeri hebat di tubuh, pendarahan, bahkan shock kalau terlambat ditangani. Itulah kenapa, meski anak pernah kena DBD sebelumnya, perlindungan tambahan tetap diperlukan. Kita nggak bisa hanya mengandalkan “riwayat pernah sakit” sebagai tameng. Kenyataannya, banyak kasus di rumah sakit terjadi pada anak yang sudah pernah kena DBD sebelumnya, tapi terkena lagi dengan tipe virus berbeda dan kondisinya jadi lebih berat.

Vaksinasi Sebagai ‘Pelindung’ dari Serangan Ulang 

Di sinilah peran vaksinasi DBD jadi sangat penting, Moms dan Dads. Vaksin bekerja dengan cara mempersiapkan sistem imun tubuh untuk melawan virus dengue.3 Jadi, kalau suatu hari anak bertemu lagi dengan nyamuk pembawa virus dengue, risiko terkena sakit berat bisa jauh berkurang.
Banyak orang tua yang baru tahu bahwa vaksin dengue justru direkomendasikan untuk anak yang pernah terinfeksi sebelumnya. Alasannya sederhana yaitu tubuh sudah punya “jejak” melawan dengue, dan vaksin membantu melengkapi pertahanan agar lebih kuat melawan semua tipe virus. Bukan cuma itu, vaksinasi juga memberi rasa tenang buat orang tua. Rasanya seperti menambahkan lapisan perisai ekstra yang membuat kita nggak perlu was-was setiap kali musim hujan atau wabah DBD datang.

Perubahan Lingkungan yang Bikin Risiko Makin Tinggi

Sekarang ini, Moms dan Dads mungkin juga menyadari bahwa pola cuaca sudah makin nggak bisa diprediksi. Musim hujan bisa datang lebih lama, hujan deras bisa muncul di luar jadwal biasanya, dan suhu hangat tetap bertahan meski seharusnya sudah masuk musim kemarau. Semua ini menciptakan kondisi ideal buat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Kalau dulu risiko DBD lebih tinggi hanya di musim hujan, sekarang nyamuk bisa saja berkembang biak hampir sepanjang tahun. Artinya, risiko anak terkena infeksi ulang juga meningkat. Inilah alasan kenapa perlindungan tambahan dari vaksinasi menjadi semakin penting di era sekarang. Kita nggak bisa lagi hanya mengandalkan faktor cuaca sebagai pengingat, karena nyamuk sekarang bisa “mengintai” kapan saja.

Moms dan Dads, ingat bahwa mencegah DBD itu bukan cuma soal membersihkan rumah ketika ada wabah, tapi menjadikannya sebagai kebiasaan sehari-hari. Penerapan 3M Plus dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, serta langkah tambahan seperti menggunakan obat anti-nyamuk dan memelihara ikan pemakan jentik adalah kunci untuk menekan populasi nyamuk pembawa dengue.4 Tapi ingat, meski sudah menerapkan 3M Plus secara rutin, perlindungan penuh belum lengkap tanpa vaksinasi DBD. Konsultasikan ke dokter untuk tahu apakah anak dan keluarga Moms dan Dads sudah memenuhi syarat vaksinasi DBD, agar kita bisa memberikan perlindungan berlapis dan memutus rantai penularan dengue di lingkungan kita.

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh: 

dr. Carissa R.V Pratiwi

C-ANPROM/ID/QDE/0978 | Aug 2025

 

Referensi:

  1. Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023, 27 Juli). Mitos pada Penyakit DHF. Tersedia di: https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/2646/mitos-pada-penyakit-dhf#:~:text=Kekebalan%20terhadap%20demam%20berdarah%20memang,%2D3%20dan%20DEN%2D4. Diakses pada 3 November 2025.
  2. Joi, P. (2024). Why a second dengue infection can be deadlier than the first. Gavi, the Vaccine Alliance. Tersedia di: https://www.gavi.org/vaccineswork/why-second-dengue-infection-can-be-deadlier-first. Diakses pada 7 Juli 2025.
  3. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025