Penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya! Yuk Cari Tau Bedanya!

Penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya! Yuk Cari Tau Bedanya!

Kalau dengar kata demam yang datangnya mendadak dan bikin badan lemas, pasti langsung kepikiran, “Waduh, jangan-jangan DBD nih?”. Tapi ternyata, ada juga penyakit lain yang gejalanya mirip banget sama DBD, namanya Chikungunya. Nah, ini yang kadang bikin bingung, karena dari luar kelihatannya sama, tapi sebenarnya mereka beda penyakit, beda virus, dan beda cara penanganannya.

Keduanya memang sama-sama bikin nggak nyaman, bikin aktivitas jadi terganggu, bahkan bisa bikin kita harus istirahat total di rumah atau dirawat di rumah sakit. Tapi jangan khawatir dulu, Moms dan Dads. Dengan tahu perbedaannya, kita jadi bisa lebih waspada, lebih cepat ambil langkah tepat, dan nggak salah kaprah dalam menghadapinya.

Sama-sama Datang Mendadak, Tapi Penyebabnya Berbeda 

Chikungunya yang sering dianggap sebagai flu tulang disebabkan oleh Togaviridae alphavirus, sedangkan demam berdarah dengue disebabkan oleh Flaviviridae flavivirus.1 Meski sumber penularannya sama-sama lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi, tapi tipe virusnya berbeda. Nah, ini penting diketahui, karena meskipun gejalanya mirip, penanganannya punya beberapa perbedaan.

Mengenal DBD Lebih Dekat 

DBD atau Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang memiliki empat tipe berbeda. Penyakit ini biasanya diawali dengan demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, hingga muncul bintik-bintik merah di kulit. Pada beberapa kasus, bisa terjadi perdarahan dan penurunan trombosit yang berbahaya.2
Yang perlu Moms dan Dads tahu, DBD bisa menjadi lebih parah kalau seseorang terkena virus dari tipe yang berbeda setelah sebelumnya pernah terinfeksi. Jadi, pencegahan sangat penting dilakukan secara konsisten.

Chikungunya: Gejalanya Mirip Tapi Beda Dampak 

Chikungunya juga menyebabkan demam tinggi dan nyeri tubuh, tapi ciri khasnya adalah rasa sakit di persendian yang bisa bertahan lama, bahkan berbulan-bulan.3 Berbeda dengan DBD, chikungunya jarang menyebabkan pendarahan atau penurunan trombosit yang drastis. Meski begitu, rasa nyeri yang berkepanjangan bisa mengganggu aktivitas harian dan kualitas hidup. Jadi, meskipun tingkat keparahan medisnya berbeda, bukan berarti chikungunya bisa diremehkan. Kedua penyakit ini sama-sama bisa bikin aktivitas sehari-hari terganggu parah.

Kenapa Sering Bingung Membedakannya?

Moms dan Dads, alasan utamanya simpel karena dua jenis nyamuk ini sama-sama punya belang hitam-putih yang mencolok. Ditambah lagi, mereka aktif menggigit di jam yang hampir sama, pagi dan sore. Jadi, mata awam memang sulit membedakan mana yang bawa DBD dan mana yang bawa chikungunya.

Padahal, pengetahuan ini penting banget buat langkah pencegahan. Soalnya, cara mengusir keduanya sebenarnya sama yaitu hilangkan tempat berkembang biaknya. Tapi kalau kita mengira cuma satu jenis nyamuk yang berbahaya, bisa-bisa kita lengah dan cuma fokus di dalam rumah, padahal si pembawa chikungunya suka bersembunyi di luar rumah juga.

Strategi Melawan Keduanya

Untungnya, Moms dan Dads nggak perlu repot mempelajari anatomi nyamuk untuk bisa melawannya. Kuncinya ada di pencegahan. Dua-duanya nggak akan berkembang biak kalau nggak ada air tergenang. Itu berarti membersihkan dan menguras wadah air, menutup rapat semua penampungan, serta mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air harus jadi kebiasaan rutin di rumah. 4

Selain itu, penting juga untuk mengedukasi keluarga dan tetangga agar pencegahan dilakukan serentak. Soalnya, nyamuk bisa terbang beberapa ratus meter, jadi kalau cuma satu rumah yang bersih, tapi rumah sekitar masih banyak genangan, ya sama saja.

Nah Moms dan Dads, walaupun DBD dan chikungunya disebabkan oleh virus yang berbeda, keduanya sama-sama berbahaya dan mengganggu kesehatan. Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus tidak pandang bulu dalam mencari korban. Itulah kenapa kita harus konsisten menerapkan 3M Plus dengan Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas, plus langkah tambahan seperti menggunakan lotion anti-nyamuk, memasang kelambu, dan memelihara ikan pemakan jentik. Jangan lupa, untuk perlindungan tambahan yang lebih lengkap, konsultasikan juga dengan dokter mengenai vaksinasi DBD.5 Dengan begitu, kita bisa melindungi keluarga dari risiko penyakit ini secara maksimal.

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh: 

dr. Carissa R.V Pratiwi

C-ANPROM/ID/QDE/0978 | Aug 2025

 

Referensi:

  1. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2022). Demam Berdarah dan Chikungunya, Apa Bedanya? Tersedia di: https://diskes.baliprov.go.id/demam-berdarah-dan-chikungunya-apa-bedanya/. Diakses pada 7 Juli 2025.
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Gejala Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai. Ayo Sehat. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/gejala-demam-berdarah-yang-perlu-diwaspadai. Diakses pada 7 Juli 2025.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Gejala dan Pencegahan Chikungunya. Ayo Sehat. Tersedia di:https://ayosehat.kemkes.go.id/gejala-dan-pencegahan-chikungunya. Diakses pada 7 Juli 2025.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
  5. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.
Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025