Rahasia Nyamuk Betina: Sang ‘Aktor Utama’ Penular DBD

Rahasia Nyamuk Betina: Sang ‘Aktor Utama’ Penular DBD

Pernah nggak bertanya-tanya kenapa nyamuk yang gigit kita biasanya cuma “nyamuk betina”? Ternyata, jawabannya simpel tapi menarik. Nyamuk betina membutuhkan darah untuk memproduksi telurnya. Kalau nyamuk jantan cukup bahagia dengan nektar bunga, si betina justru mencari “menu spesial” berupa darah manusia atau hewan. Dari sinilah cerita DBD dimulai, karena saat mereka menggigit orang yang sudah terinfeksi virus dengue, virus itu bisa ikut masuk ke tubuh nyamuk dan menetap di sana.

Kisahnya ibarat film yang dimulai dengan adegan sederhana saat nyamuk mencari makan. Tapi ternyata, gigitan itu bisa jadi awal rantai penularan yang panjang, apalagi kalau lingkungan kita menyediakan banyak “restoran” gratis berupa genangan air untuk tempat mereka berkembang biak.

Virus Dengue yang Ikut Menumpang

Setelah nyamuk betina menghisap darah dari orang yang terinfeksi DBD, virus dengue akan “menumpang” di tubuhnya. Uniknya, nyamuk ini nggak sakit atau demam seperti manusia. Dia tetap terbang, tetap mencari makan, dan tanpa sadar membawa virus tersebut ke korban berikutnya. Umur betina rata-rata 1-2 bulan. Makanan nyamuk betina adalah darah yang dibutuhkan untuk perkembangan telur.1

Bayangkan kalau selama hidupnya, nyamuk ini menggigit banyak orang di lingkungan padat penduduk. Maka dalam waktu singkat, virus bisa menyebar cepat. Sering kali Moms dan Dads nggak sadar kalau sumber masalahnya ada di halaman sendiri, di ember atau pot bunga yang penuh air hujan. Dari satu nyamuk betina saja, penularan bisa menjalar ke seluruh rumah atau bahkan satu RT.

Peran Lingkungan dalam ‘Drama’ DBD 

Nyamuk Aedes aegypti biasanya beroperasi dalam radius sekitar 400 meter dari tempat mereka menetas.2 Jadi kalau di rumah ada sarang nyamuk, besar kemungkinan nyamuk yang menggigit kita itu bisa dibilang “anak kampung” yang lahir di sekitar situ. Lingkungan yang kotor, penuh genangan air, atau tidak rutin dibersihkan jadi panggung sempurna bagi nyamuk betina untuk berkembang biak dan menyebarkan virus.

Sayangnya, kadang kita merasa sudah rajin membersihkan rumah, tapi lupa bahwa tetangga atau area umum di dekat rumah juga bisa jadi sumber masalah. Itulah kenapa pencegahan DBD butuh kerja sama seluruh warga, bukan cuma satu rumah saja.

Kenapa Mereka Jadi ‘Aktor Utama’

Kalau DBD ini ibarat cerita film, nyamuk betina adalah pemeran utama sekaligus sutradara yang mengatur jalannya penularan. Mereka yang memulai cerita, membawa virus dari satu orang ke orang lain, dan memastikan siklusnya terus berjalan. Tanpa nyamuk betina, virus dengue tidak bisa berpindah ke manusia. Tapi karena sifat alami mereka yang memang butuh darah untuk bertelur, mereka jadi perantara sempurna bagi virus.

Moms dan Dads, memahami karakter nyamuk betina ini penting supaya kita tahu di mana harus memutus rantai penularan. Bukan hanya soal memberantas nyamuk dewasa, tapi juga menghentikan mereka sebelum sempat berkembang biak.

Pentingnya Pencegahan DBD 

Dari semua cerita tadi, jelas bahwa nyamuk betina adalah ‘aktor utama’ yang menghidupkan drama DBD di sekitar kita. Mereka pintar mencari tempat berkembang biak, setia tinggal di area yang nyaman, dan tanpa lelah membawa virus dari satu korban ke korban lain. Kalau dibiarkan, siklus ini akan terus berulang, bahkan di rumah yang sama. 

Itulah kenapa Moms dan Dads harus rutin menerapkan 3M Plus dengan menguras tempat penampungan air secara berkala, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi sarang nyamuk, dan tambahan langkah perlindungan seperti kelambu, lotion anti-nyamuk, atau tanaman pengusir nyamuk.3 Dan jangan lupa, perlindungan tidak berhenti disitu saja. Konsultasikan dengan dokter tentang vaksinasi DBD agar keluarga mendapatkan pertahanan ekstra, sehingga walaupun nyamuk mencoba menggigit, tubuh kita sudah punya benteng untuk melawannya.4

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh: 

dr. Carissa R.V Pratiwi

C-ANPROM/ID/QDE/0978 | Aug 2025

 

Referensi:

  1. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (2025, 18 Oktober). Kenali ciri-ciri, siklus, dan sebaran nyamuk Aedes aegypti. Tersedia di: https://www.brin.go.id/news/118511/kenali-ciri-ciri-siklus-dan-sebaran-nyamuk-aedes-aegypti. Diakses pada 3 November 2025.
  2. RRI. (2024, 6 April). Mengenal Nyamuk Aedes aegypti. Tersedia di: https://rri.co.id/iptek/626296/mengenal-nyamuk-aedes-aegypti. Diakses pada 3 November 2025.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
  4. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.

 

Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025