131.393 Kasus DBD di Indonesia Sepanjang 2025: Daerah Mana yang Paling Parah ya, Moms dan Dads

131.393 Kasus DBD di Indonesia Sepanjang 2025: Daerah Mana yang Paling Parah ya, Moms dan Dads

 

Moms dan Dads, ngebahas DBD tuh seperti ngebahas banjir di musim penghujan. Mau nggak mau selalu ada, dan tiap tahun angka kasusnya bikin kita kaget. Tahun 2025 ini pun sama saja, bahkan bikin banyak orang waspada karena angkanya tembus lebih dari 100.000 kasus. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah laporan DBD hingga minggu ke-48 atau per 1 Desember 2025 sudah mencapai 139.298 kasus. Bukan cuma itu, tercatat pula 583 kematian akibat penyakit ini.1 Di balik angka yang bikin merinding ini, ada cerita tentang daerah mana yang paling terdampak, mengapa kasusnya bisa setinggi itu, dan apa yang seharusnya jadi alarm buat kita sebagai orang tua.

Ketika Karawang Jadi Sorotan Nasional karena Jumlah Kasus yang Melonjak

Kalau Moms dan Dads bertanya daerah mana yang paling tinggi angka kasus DBD-nya tahun ini, jawabannya adalah Karawang. Daerah ini mendominasi laporan DBD dengan 6.567 kasus. Jumlah yang benar-benar jadi alarm keras buat masyarakat dan pemerintah setempat. Setelah Karawang, Kota Bekasi menyusul dengan 3.291 kasus. Bandung berada di posisi berikutnya dengan 2.742 kasus, kemudian DKI Jakarta dengan 2.485 kasus, dan Kabupaten Bekasi dengan 2.387 laporan.1

Genangan kecil di depan rumah, air tergenang di pot bunga, atau bahkan tampungan air hujan yang lupa dibuang bisa jadi tempat ideal nyamuk berkembang biak. Kondisi seperti ini kalau tidak disadari sejak awal bisa berakibat fatal, dan tahun 2025 tampaknya jadi salah satu yang paling berat buat Karawang.

Mengapa Angka Kasus Masih Tinggi Meski Kesadaran Sudah Meningkat

Banyak Moms dan Dads yang sering bilang bahwa mereka sudah melakukan pencegahan sebisa mungkin. Sudah bersihin rumah, sudah rutin buang genangan air, bahkan sudah pakai lotion anti-nyamuk. Tapi kok angka kasus DBD tetap tinggi. Apa yang sebenarnya terjadi? Hal lain yang perlu dipahami adalah bahwa nyamuk Aedes aegypti sekarang dikenal makin adaptif. Mereka bisa berkembang biak bahkan di tempat yang tidak kita duga. Tutup galon yang berkumpul di halaman, pot kembang kecil, bahkan tutup botol plastik pun bisa jadi sarang telur nyamuk. Jadi meskipun Moms dan Dads sudah merasa rumah bersih, bisa jadi ada area tersembunyi yang luput dari perhatian.

Saatnya Moms dan Dads Ikut Turun Tangan karena Nyamuk Tidak Akan Menunggu

Kalau kita melihat angka kasus yang tinggi di Karawang, Bekasi, Bandung, hingga Jakarta, sebenarnya ada satu pesan besar yang harus kita tangkap. Bahwa DBD bukan lagi masalah yang hanya ditangani pemerintah, tapi jadi tanggung jawab bareng-bareng termasuk para orang tua. Nyamuk tidak peduli siapa kita, dari mana asal kita, atau sebersih apa rumah kita. Yang mereka cari hanya tempat untuk bertelur dan manusia untuk digigit. Karena itu, kesadaran kolektif musti tetap jalan.

Namun, kita tetap harus mencegah jangan sampai ada anggota keluarga yang perlu dirawat di rumah sakit akibat gigitan nyamuk kecil ini. Apalagi anak-anak, lansia, atau orang dengan daya tahan tubuh rendah yang lebih rentan mengalami komplikasi.

Maka dari itu, menjaga rumah tetap aman dan bebas sarang nyamuk bukan lagi sekadar rutinitas, tapi bagian dari gaya hidup sehat keluarga masa kini. Mulai dari memperhatikan lingkungan rumah setelah hujan turun, memeriksa area yang mudah menampung air, hingga memastikan sirkulasi udara dan cahaya matahari masuk dengan baik. Semua ini tidak bisa ditunda, karena nyamuk pun tidak pernah menunda berkembang biak.

Di tengah semua cerita tentang tingginya kasus DBD tahun ini, Moms dan Dads perlu terus menerapkan 3M Plus agar rumah tetap aman. Mulai dari menguras air yang tergenang, menutup tempat penampungan air, hingga mendaur ulang dan langkah tambahan seperti penggunaan kelambu, lotion, atau tanaman pengusir nyamuk.2 Dan jangan lupa, perlindungan keluarga tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga tentang pencegahan tambahan seperti konsultasi ke dokter tentang vaksinasi DBD. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui lebih lengkap tentang vaksinasi sebagai upaya meminimalkan risiko terkena DBD.3 Dengan langkah yang tepat, Moms dan Dads bisa memastikan keluarga tetap sehat meski kasus DBD sedang tinggi-tingginya.

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis.

C-ANPROM/ID/QDE/1070 | Nov 2025





 

Referensi:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, Per 1 Desember 2025 (Minggu ke-48). Tersedia di: https://www.kemkes.go.id. Diakses pada 1 Desember 2025.
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
  3. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.
Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025