Namanya orang tua, pasti langsung panik begitu dengar kata “demam berdarah dengue” (DBD). Apalagi kalau si kecil demam tinggi, wajahnya pucat, dan makannya mulai susah. Pikiran langsung melayang ke hal-hal menakutkan seperti bagaimana kalau ini DBD? Harus ke rumah sakit? Bahaya nggak, ya? Tenang dulu, Moms dan Dads. Yuk, tarik napas pelan-pelan. Memang, DBD bukan penyakit yang bisa dianggap sepele, tapi kabar baiknya adalah kalau ditangani dengan cepat dan tepat, sebagian besar pasien bisa sembuh total tanpa komplikasi. Kuncinya ada di deteksi dini, perawatan yang benar, dan pemantauan kondisi tubuh. Mari kita bahas pelan-pelan supaya Moms dan Dads paham apa yang bisa dilakukan saat keluarga terserang DBD, tanpa perlu panik berlebihan.
Sebelum bicara soal pengobatan, penting buat Moms dan Dads memahami dulu bahwa DBD itu punya fase-fase tertentu. Awalnya memang mirip flu biasa, demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang mata, atau pegal-pegal di seluruh badan. Tapi beda dengan demam biasa, suhu tubuh pada DBD bisa naik turun secara ekstrim dan disertai tanda-tanda seperti bintik merah di kulit, mimisan, atau gusi berdarah.1
Pada fase awal, pasien biasanya masih bisa dirawat di rumah, selama tidak muntah dan masih bisa minum. Mengutip artikel resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia:
“Sampai saat ini belum ada obat (antivirus) yang spesifik untuk penyakit ini. Pengobatan utama adalah mempertahankan keseimbangan cairan dengan pemberian cairan yang cukup tidak kurang maupun berlebihan. Jenis, jumlah, dan cara pemberian bergantung pada fase penyakit, keadaan klinis, dan panduan nilai hematokrit.”2
Artinya, Moms dan Dads harus fokus pada asupan cairan. DBD membuat tubuh kehilangan banyak cairan karena demam tinggi dan kadang muntah. Jadi pastikan si kecil minum lebih banyak dari biasanya dengan air putih, oralit, jus buah, atau sup bening hangat bisa jadi pilihan.
Kalau tubuh masih kuat minum dan tidak ada tanda bahaya, seperti muntah terus, lemas berlebihan, atau tidak mau makan sama sekali, maka perawatan di rumah masih boleh dilakukan. Tapi kalau gejala makin berat atau suhu badan turun tapi anak tampak semakin lesu, segera bawa ke dokter atau rumah sakit.
Banyak orang tua berpikir, “Kalau demam tinggi, kasih aja obat penurun panas biar cepat turun.” Padahal, tidak semua obat demam aman untuk pasien DBD. Ini penting banget untuk diingat, Moms dan Dads! Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia:
“Pengobatan lain berupa simtomatik, khususnya pemberian obat antipiretik (penurun demam). Obat yang direkomendasikan adalah yang mengandung parasetamol, sedangkan asetosal dilarang penggunaannya dan ibuprofen tidak direkomendasikan.”2
Jadi jangan asal kasih obat, ya, Moms. Selalu baca kandungan di kemasan sebelum diberikan. Obat yang paling aman dan disarankan adalah parasetamol dengan dosis sesuai usia dan berat badan anak. Kalau demamnya tidak kunjung turun atau anak tampak tidak nyaman, Moms bisa kompres hangat di ketiak dan lipatan paha, bukan dengan air dingin. Ingat, yang dibutuhkan tubuh saat itu bukan “mendinginkan dari luar”, tapi menjaga cairan dan suhu tubuh tetap stabil. Selain itu, berikan makanan bergizi lembut seperti bubur, sup, atau buah yang banyak airnya. Tujuannya supaya tubuh tetap punya energi untuk melawan virus dengue.
Di balik semua pengobatan medis, peran Moms dan Dads sangat penting. Anak atau anggota keluarga yang sedang sakit DBD butuh pengawasan ketat setiap saat. Bukan cuma kasih minum dan obat, tapi juga memperhatikan tanda-tanda klinis yang bisa berubah cepat.
Beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai antara lain:3
Kalau salah satu tanda ini muncul, jangan tunggu besok dan langsung bawa ke dokter atau rumah sakit. Karena pada fase kritis, tubuh bisa mengalami penurunan trombosit dan kebocoran plasma yang menyebabkan syok. Fase inilah yang sering bikin orang tua panik, padahal kalau dipantau dari awal, risiko komplikasi bisa dicegah.
Keberhasilan pengobatan DBD sangat bergantung pada diagnosis dini dan pemberian cairan yang tepat. Itulah kenapa dokter akan sering memantau kadar hematokrit dan trombosit untuk menentukan apakah pasien perlu rawat inap atau bisa lanjut perawatan di rumah. Dan ingat, Moms dan Dads, jangan tergoda “obat tradisional instan” yang katanya bisa menaikkan trombosit dalam sekejap. Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang kuat soal itu. Yang paling penting tetap cairan cukup, pemantauan ketat, dan pengawasan dokter.
Kalau dipikir-pikir, DBD itu seperti “tamu tak diundang” yang bisa datang kapan saja, apalagi saat musim hujan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak cepat di air bersih yang menggenang dan sering kali tempatnya tidak kita sadari seperti tutup dispenser, pot bunga, bahkan tutup botol minuman!
Karena itu, langkah paling bijak bukan hanya tahu cara mengobati, tapi juga mencegah sejak awal. Moms dan Dads bisa mulai dari hal sederhana dengan menerapkan gerakan 3M Plus di rumah setiap minggu:
Dan jangan lupa “Plus”-nya, seperti memasang kelambu, menabur bubuk abate, memakai lotion anti nyamuk, atau menanam tanaman pengusir nyamuk.4
Namun, pencegahan sekarang juga sudah bisa lebih kuat dengan adanya vaksinasi DBD. Vaksin ini membantu tubuh membentuk perlindungan terhadap virus dengue,5 sehingga jika terinfeksi, gejalanya cenderung lebih ringan dan risiko komplikasi berat bisa berkurang.
Jadi, Moms dan Dads, jangan tunggu sampai ada kasus di rumah. Segera konsultasikan ke dokter untuk tahu apakah keluarga sudah memenuhi syarat untuk vaksinasi DBD. Dengan begitu, perlindungan terhadap DBD bisa lengkap mulai dari menjaga lingkungan, gaya hidup bersih, sampai kekebalan tubuh dari dalam. Karena mencegah jauh lebih mudah daripada mengobati. Dan perlindungan terbaik selalu dimulai dari rumah, dari kita sendiri.
Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh:
dr. Carissa R.V Pratiwi
C-ANPROM/ID/QDE/1023 | Okt 2025
Referensi:
Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.
© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.
Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.
C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025