Setiap kali musim hujan tiba, hampir semua orang tua mulai waspada. Nyamuk terasa lebih banyak, anak-anak sering digigit, dan berita tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai bermunculan di mana-mana. Mungkin Moms dan Dads juga sempat berpikir, “Kenapa ya, kok yang paling sering kena DBD itu anak-anak?” Padahal, orang dewasa juga sama-sama tinggal di lingkungan yang penuh nyamuk.
Moms dan Dads, sampai bulan Mei 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat sudah ada lebih dari 56.000 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan 250 jiwa yang meninggal dunia. Di Tasikmalaya sendiri, tercatat sebanyak 607 orang positif DBD dari Januari hingga September, sementara di RSUD Kota Batam ditemukan 79 kasus sepanjang tahun 2025. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Eggi Arguni, M.Sc., Ph.D., Sp.A(K), kelompok usia anak masih menjadi yang paling rentan terhadap infeksi dengue, terutama mereka yang berusia di bawah 10 tahun.1
Nah, pertanyaan ini ternyata punya jawaban menarik. Ada beberapa alasan kenapa anak-anak lebih rentan terhadap penyakit ini, mulai dari faktor biologis, kebiasaan sehari-hari, sampai lingkungan tempat mereka bermain. Yuk, kita bahas satu per satu dengan bahasa yang ringan supaya Moms dan Dads bisa lebih paham dan waspada.
Moms dan Dads pasti tahu bahwa daya tahan tubuh anak-anak tidak sekuat orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan, artinya tubuh anak-anak belum mampu melawan virus dengan efektif. Termasuk virus dengue yang menyebabkan DBD.2
Saat nyamuk Aedes aegypti menggigit dan menularkan virus, tubuh anak-anak akan bereaksi dengan gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, mual, dan bahkan ruam merah di kulit.3 Tapi karena imunnya belum matang, tubuh mereka butuh waktu lebih lama untuk melawan infeksi tersebut.
Berbeda dengan orang dewasa yang mungkin sudah pernah terpapar virus dengue jenis tertentu, anak-anak biasanya baru pertama kali terinfeksi. Nah, infeksi pertama inilah yang paling rentan menimbulkan gejala berat karena tubuh belum punya “ingatan imun” untuk melawan virus itu.
Selain itu, anak-anak cenderung tidak bisa mengkomunikasikan dengan jelas apa yang mereka rasakan. Kadang mereka hanya bilang “badanku sakit” atau “nggak mau makan,” tanpa tahu bahwa itu bisa jadi tanda-tanda awal DBD. Akibatnya, banyak kasus baru terdeteksi ketika kondisinya sudah cukup parah.
Anak-anak adalah makhluk paling aktif di rumah. Mereka main ke halaman, duduk di teras, lari ke taman, bahkan kadang lupa pakai lotion antinyamuk. Aktivitas mereka yang banyak di luar ruangan membuat risiko terkena gigitan nyamuk jadi lebih besar.
Apalagi, nyamuk Aedes aegypti sangat suka menggigit pada pagi dan sore hari waktu di mana anak-anak biasanya bermain di luar rumah. Tanpa disadari, setiap gigitan bisa jadi ancaman serius.
Lingkungan tempat bermain juga berpengaruh besar. Ember bekas, pot bunga yang menampung air hujan, kaleng minuman, atau bahkan tutup botol bisa jadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Kadang benda-benda kecil seperti itu luput dari perhatian, padahal justru di situlah jentik nyamuk tumbuh dengan cepat.
Belum lagi kebiasaan anak-anak yang suka menaruh mainan di luar rumah, seperti ember pasir, mobil-mobilan, atau alat bermain air. Kalau wadah itu menampung air hujan, nyamuk akan menjadikannya sarang bertelur. Jadi tanpa sadar, halaman rumah bisa jadi tempat “pengasuhan nyamuk” yang sempurna.
Inilah sebabnya, Moms dan Dads perlu rajin melakukan pengecekan di sekitar rumah. Lihat setiap wadah air, cek talang yang mampet, dan pastikan tidak ada genangan. Nyamuk bisa berkembang biak dalam waktu kurang dari seminggu yang cepat sekali, kan?
Selain daya tahan tubuh dan kebiasaan anak-anak, penyebab lainnya juga datang dari lingkungan sosial. Banyak keluarga yang masih berpikir bahwa DBD hanya bisa dicegah lewat fogging, padahal sebenarnya fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak menyentuh jentik-jentiknya.4
Sementara itu, pencegahan yang sebenarnya justru dimulai dari hal sederhana di rumah masing-masing. Sayangnya, tidak semua orang punya kebiasaan rutin membersihkan tempat air, menutup wadah, atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air. Akibatnya, nyamuk tetap punya tempat nyaman untuk berkembang biak.
Selain itu, tidak semua wilayah memiliki sistem sanitasi yang baik. Saluran air tersumbat, got tidak mengalir, atau sampah menumpuk juga bisa memperparah penyebaran nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti tidak terbang jauh, tapi kalau satu rumah punya banyak jentik, nyamuk itu bisa berpindah ke rumah sebelah dengan mudah. Akhirnya, penularan antar warga terjadi tanpa disadari.
Moms dan Dads juga perlu tahu bahwa sekarang DBD tidak hanya menyerang saat musim hujan. Perubahan iklim yang membuat cuaca jadi tidak menentu menyebabkan nyamuk bisa hidup sepanjang tahun. Bahkan pada musim kemarau sekalipun, banyak keluarga yang menampung air di wadah terbuka dan di situlah nyamuk bertelur.
Oleh karena itu, edukasi masyarakat dan kesadaran kolektif jadi sangat penting. Jangan menunggu ada kasus dulu baru bergerak. Lebih baik mencegah bersama-sama daripada menyesal di kemudian hari.
Sekarang Moms dan Dads sudah tahu ya, kenapa anak-anak sering menjadi mayoritas penderita DBD. Mulai dari imunitas yang belum sempurna, kebiasaan bermain di luar rumah, sampai lingkungan yang kurang bersih semuanya berperan besar. Tapi kabar baiknya, semua itu bisa dicegah kalau kita lebih waspada dan rutin menerapkan langkah pencegahan yang tepat.
Kuncinya ada di 3M Plus:
Plus-nya, seperti menaburkan larvasida di tempat sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, atau memakai lotion anti nyamuk saat anak bermain di luar.5
Selain itu, Moms dan Dads juga bisa memberikan perlindungan tambahan dengan vaksinasi DBD. Vaksin ini membantu tubuh anak-anak membentuk kekebalan terhadap virus dengue6, sehingga kalaupun terinfeksi, risikonya menjadi jauh lebih ringan.
Untuk menemukan lokasi vaksinasi terdekat, Moms dan Dads bisa mengunjungi CegahDBD.com dan gunakan fitur “Lokasi Vaksin DBD”. Di sana tersedia daftar klinik dan fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan vaksin dengue di berbagai daerah. Praktis dan mudah diakses.
Moms dan Dads, DBD bukan hanya tentang nyamuk tapi tentang bagaimana kita menjaga rumah, kebersihan, dan kesadaran bersama. Mari kita lindungi anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa dengan langkah sederhana tapi bermakna. Terapkan 3M Plus setiap hari, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai vaksinasi DBD sebagai perlindungan tambahan bagi keluarga tercinta.
Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh:
dr. Carissa R.V Pratiwi
C-ANPROM/ID/QDE/1023 | Okt 2025
Referensi:
Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.
© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.
Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.
C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025