Mitos Seputar Fogging untuk Cegah DBD!

Mitos Seputar Fogging untuk Cegah DBD!

Begitu dengar ada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di lingkungan rumah, biasanya reaksi pertama yang muncul adalah panik dan langsung berharap ada fogging dari pihak RT atau puskesmas. Suara mesin fogging yang menderu dan asap putih yang memenuhi jalanan sering kali memberi rasa aman, seolah nyamuk-nyamuk penyebab DBD langsung lenyap seketika. Tapi, tahukah Moms dan Dads kalau fogging sebenarnya tidak seefektif yang kita bayangkan?

Banyak orang masih menganggap fogging sebagai solusi utama untuk memberantas DBD. Padahal, metode ini hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar masalah sebenarnya. Nah, biar kita nggak salah kaprah, yuk kita bahas dengan santai dan mudah dipahami kenapa fogging bukanlah senjata pamungkas melawan DBD, sekaligus apa langkah yang jauh lebih efektif untuk melindungi keluarga kita.

Fogging Hanya Bunuh Nyamuk Dewasa, Bukan Telur atau Jentik

Moms dan Dads mungkin sering melihat petugas keliling membawa mesin fogging sambil menyemprotkan asap di sekitar rumah. Memang kelihatannya ampuh, tapi sebenarnya asap fogging hanya bekerja untuk membunuh nyamuk dewasa yang sedang terbang di sekitar area penyemprotan.1 Masalahnya, nyamuk Aedes aegypti punya siklus hidup yang cepat dan cerdas. Mereka bisa bertelur di tempat-tempat kecil seperti tutup botol, celah ban bekas, hingga wadah air yang cuma berisi setetes dua tetes air. Nah, telur dan jentik-jentik nyamuk ini tidak akan mati hanya karena terkena asap fogging.1

Setelah beberapa hari, telur-telur itu akan menetas dan menghasilkan nyamuk baru. Jadi, walau sehabis fogging suasana terasa aman, beberapa hari kemudian populasi nyamuk bisa kembali meningkat. Bahkan, dalam waktu seminggu, jumlah nyamuk bisa kembali seperti semula atau malah lebih banyak!

Yang lebih mengejutkan lagi, fogging yang dilakukan terlalu sering justru bisa membuat nyamuk jadi kebal terhadap insektisida. Artinya, semakin sering disemprot, nyamuknya malah makin kuat.1 Akhirnya, upaya yang niatnya untuk memberantas malah tidak membawa hasil yang diharapkan.

Bahaya Fogging Jika Dilakukan Tidak Tepat

Selain efektivitasnya yang terbatas, fogging juga punya risiko jika tidak dilakukan dengan cara yang benar. Cairan yang digunakan dalam fogging mengandung bahan kimia insektisida yang sebenarnya aman dalam dosis tertentu, tapi bisa jadi berbahaya bila terpapar langsung dalam jumlah besar.

Sering kali, warga tidak tahu aturan yang benar saat fogging dilakukan. Misalnya, pintu dan jendela justru ditutup rapat, padahal seharusnya dibuka supaya asap masuk ke dalam rumah dan membunuh nyamuk yang bersembunyi. Atau sebaliknya, makanan dan peralatan dapur tidak ditutup, sehingga terpapar bahan kimia yang bisa berbahaya jika dikonsumsi.

Selain itu, asap fogging bisa mengiritasi saluran pernapasan, terutama bagi anak-anak, lansia, atau mereka yang punya asma. Jadi, kalau fogging dilakukan terlalu sering tanpa pengawasan atau prosedur yang tepat, bisa-bisa malah menimbulkan masalah kesehatan lain.

Itulah sebabnya, sebenarnya tidak direkomendasikan fogging sebagai langkah utama pencegahan DBD, melainkan hanya sebagai tindakan darurat ketika sudah ada kasus positif di lingkungan. Tujuannya bukan untuk mencegah, tapi untuk memutus rantai penularan sementara agar nyamuk dewasa yang sudah terinfeksi tidak sempat menggigit orang lain.

Cegah dengan 3M Plus dan Konsultasikan tentang Vaksinasi DBD

Nah, sekarang Moms dan Dads pasti paham bahwa kunci utama mengendalikan DBD bukan terletak pada fogging, tapi pada menghilangkan sarang nyamuknya. Nyamuk Aedes aegypti bertelur di air jernih yang tergenang, dan tempatnya bisa sangat sepele mulai dari pot bunga, dispenser, hingga wadah minum hewan peliharaan. Jadi, kalau kita tidak rajin membersihkan sumber air itu, fogging seberapa sering pun tetap nggak akan menyelesaikan masalah.

Inilah yang disebut dengan langkah 3M Plus:

  1. Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi, vas bunga, atau tempat minum burung.
  2. Menutup rapat wadah air agar nyamuk tidak bisa bertelur.
  3. Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi tempat nyamuk berkembang biak.

Plus: langkah tambahan seperti menaburkan larvasida di tempat yang sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, atau memakai lotion antinyamuk saat beraktivitas di luar rumah.2

Kalau setiap keluarga rajin melakukan 3M Plus, maka jentik nyamuk tidak akan punya kesempatan tumbuh. Dengan begitu, rantai penularan DBD bisa benar-benar diputus dari akarnya. Selain itu, sekarang juga sudah tersedia vaksin DBD yang bisa memberikan perlindungan tambahan untuk Moms, Dads, dan anak-anak di rumah. Vaksin ini membantu tubuh mengenali virus dengue dan mencegah infeksi berat bila suatu saat terpapar gigitan nyamuk yang membawa virus.3

Moms dan Dads bisa temukan lokasi klinik terdekat untuk konsultasi tentang vaksinasi DBD lewat situs CegahDBD.com dengan menggunakan fitur “Lokasi Vaksin DBD.” Cukup masukkan wilayah tempat tinggal, nanti akan muncul daftar klinik atau rumah sakit yang menyediakan vaksin dengue beserta jadwal pelayanannya. Mudah dan praktis banget!

Jadi, daripada menunggu fogging datang, lebih baik kita mulai dari hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari. Biasakan 3M Plus, ajak anak-anak ikut peduli menjaga kebersihan rumah, dan jangan lupa konsultasikan ke dokter mengenai vaksinasi DBD sebagai perlindungan tambahan bagi keluarga.

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis. Artikel ini telah disupervisi oleh: 

dr. Carissa R.V Pratiwi

C-ANPROM/ID/QDE/1023 | Okt 2025


 

Referensi:

  1. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. (2024, 23 Oktober). Fogging atau PSN?? Efektif yang Mana?? Tersedia di: https://dinkes.klaten.go.id/fogging-atau-psnefektif-yang-mana. Diakses pada 29 Oktober 2025.
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
  3. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.
Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025