Moms dan Dads! Indonesia Targetkan Nol Kematian DBD pada 2030, Apakah Akan Tercapai?

Moms dan Dads! Indonesia Targetkan Nol Kematian DBD pada 2030, Apakah Akan Tercapai?

Moms dan Dads, pernah nggak sih kepikiran kapan Indonesia bisa benar-benar bebas dari berita duka karena DBD. Setiap tahun ada saja laporan kasus yang bikin dada sesak kalau baca angka-angkanya. Tapi tahun-tahun terakhir ini, pemerintah ternyata lagi kerja cukup gila-gilaan buat ngurusin satu penyakit yang selalu jadi langganan pas musim hujan ini. Bahkan sekarang Indonesia pasang target cukup ambisius yaitu nol kematian akibat dengue di tahun 2030. Kedengarannya keren, tapi pertanyaannya adalah apakah itu realistis. Atau jangan-jangan cuma wacana manis yang menguap begitu saja.

Dalam perjalanan menuju tujuan besar ini, ada satu momen penting yang jadi sorotan dunia kesehatan internasional. Pada tanggal 28 sampai 30 April 2025, Kementerian Kesehatan bareng WHO ngadain workshop nasional di Semarang. Acara ini bukan acara biasa. Ini jadi momen ketika Indonesia resmi menyelesaikan langkah terakhir dari kerangka multisource collaborative surveillance atau MSCS. Dengan penyelesaian ini, Indonesia jadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara WHO yang menuntaskan seluruh proses MSCS untuk dengue.1 Buat para ahli epidemiologi, ini seperti milestone besar. Tapi buat Moms dan Dads, mungkin muncul pertanyaan sederhana aja yaitu pengaruhnya apa ke kehidupan sehari-hari?

Ketika Indonesia Jadi yang Pertama Menyelesaikan Siklus Pemantauan Dengue ala WHO

Sekilas MSCS terdengar teknis banget. Tapi kalau dijelaskan secara santai, ini pada dasarnya cara baru buat memantau ancaman kesehatan dengan menggabungkan banyak jenis data. Kalau biasanya informasi soal DBD cuma dari laporan rumah sakit, sekarang datanya dikumpulkan dari berbagai sektor sekaligus. Mulai dari kesehatan, cuaca, perubahan iklim, data serangga, sampai manajemen bencana. Jadi semua informasi ini dirangkum biar pemerintah bisa ngambil tindakan lebih cepat dan tepat.1

Nah, dari semua provinsi di Indonesia, Jawa Tengah dipilih sebagai lokasi uji coba sistem ini sejak tahun 2024. Kebetulan waktu itu kasusnya lagi tinggi banget. Tahun 2024 saja, jumlah laporan dengue di Indonesia hampir mencapai 150 ribu kasus dengan 884 kematian. Dari jumlah itu, Jawa Tengah sendiri mencatat lebih dari 17 ribu kasus dan 144 kematian. Angka sebesar itu yang bikin pemerintah dan WHO sepakat buat ngetes sistem MSCS di sana.1 Tujuannya supaya Indonesia bisa tahu celah mana yang harus diperbaiki dalam pemantauan dengue.

Perjalanan Menuju Nol Kematian Dengue Tidak Mungkin Tanpa Dukungan Keluarga di Rumah

Moms dan Dads, jika pemerintah sudah menyiapkan sistem besar, bagian kita sebagai keluarga adalah memastikan lingkungan rumah tetap aman. Setiap musim hujan selalu datang dengan konsekuensi. Dan kalau kita lengah, nyamuk bisa berkembang lebih cepat. Makanya, keluarga punya peran besar dalam menjaga target nol kematian dengue ini tidak cuma jadi rencana di atas kertas. Pemerintah mungkin bisa menyediakan fasilitas kesehatan, tapi keluarga adalah garda pertama yang menentukan langkah cepat.

Dan ada hal penting yang perlu terus diingat Moms dan Dads. Risiko dengue bisa ditekan lebih rendah lagi dengan perlindungan tambahan berupa konsultasi ke dokter tentang vaksinasi DBD. Apalagi buat anak-anak atau anggota keluarga yang aktivitasnya banyak di luar ruangan. Walaupun vaksin tidak menggantikan 3M Plus, vaksin memberikan lapisan perlindungan tambahan. Maka tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan vaksinasi sebagai bagian dari perlindungan keluarga.2

Di akhir semua perjalanan panjang ini, penerapan 3M Plus tetap menjadi kunci utama yang tidak boleh diabaikan oleh keluarga mana pun. Menguras dan membersihkan tempat penampungan air, menutup wadah air agar nyamuk tidak bisa bertelur, dan mendaur ulang sebagai langkah tambahan seperti kelambu, lotion anti nyamuk, atau tanaman pengusir nyamuk adalah rutinitas penting yang tidak bisa dilewatkan.3 Dan untuk perlindungan yang lebih menyeluruh, jangan ragu buat konsultasi dengan dokter mengenai vaksinasi DBD agar seluruh anggota keluarga punya perlindungan lengkap. Bila Moms dan Dads menjalankan ini semua secara konsisten, target nol kematian dengue bukan hanya impian, tapi kemungkinan besar akan menjadi kenyataan.

Artikel ini dimaksudkan untuk informasi dan kesadaran publik, dan untuk tujuan edukasi. Artikel gak dimaksudkan sebagai bentuk anjuran medis.

C-ANPROM/ID/QDE/1070 | Nov 2025




 

Referensi:

  1. World Health Organization. (2025). Indonesia and WHO Ramp Up Dengue Fight with Smarter Surveillance. Tersedia di: https://www.who.int/indonesia/news/detail/16-05-2025-indonesia-and-who-ramp-up-dengue-fight-with-smarter-surveillance. Diakses pada 25 November 2025.
  2. Wilder-Smith, A. (2024). Dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden. The Lancet Global Health, 12(2), e179–e180. Tersedia di: https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(23)00590-9/fulltext. Diakses pada 7 Juli 2025.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue dengan 3M Plus melalui ASEAN Dengue Day. Tersedia di: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengingat-pentingnya-pencegahan-dengue-dengan-3m-plus-melalui-asean-dengue-day. Diakses pada 7 Juli 2025.
Category
takeda

Takeda merupakan perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada pasien, berbasis nilai, dan digerakkan oleh penelitian & pengembangan dengan komitmen untuk mewujudkan kesehatan lebih baik dan masa depan lebih cerah kepada masyarakat di seluruh dunia. Semangat dan upaya kami dalam pengobatan yang berpotensi mengubah kehidupan bagi pasien mengakar kuat selama lebih dari 230 tahun sejarah kami di Jepang.

© Copyright 2023 PT Takeda Innovative Medicines.

Takeda and the Takeda Logo are registered trademarks of PT Takeda Innovative Medicines. All rights reserved.

C-ANPROM/ID/QDE/0956 July 2025